Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Jumat, 14 Oktober 2011

postheadericon Banjir

           Masyarakat yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta, tentu sudah tidak asing lagi akan terjadinya banjir. “Banjiir banjiirrr banjiiirr..!!!!” Sepertinya orang Jakarta sudah begitu akrab dengan istilah kata “banjir”. Setaip kali hujan deras sedikit saja pasti langsung banjir. Arus Urbanisasi yang semakin kencang dan anarkis mebuat Jakarta semakin padat dan memperbesar peluang penecemaran air di Jakarta. Dalam satu abad terakhir, banjir tetap merupakan bencana yang penting di Indonesia ditinjau dari sisi frekuensinya (tercatat 108 kali dari keseluruahan 343 peristiwa bencana penting atau 33,3%). Selain itu, bencana banjir kerap melanda beberapa aglomerasi besar seperti Jakarta (13,22 juta penduduk).

Banjir di Jakarta
            Tetapi menurut beberapa kalangan, banjir seperti tempat rekreasi ataupun bersenang-senang. Seperti anak-anak di lingkungan saya, ketika banjir tiba mereka begitu gembira, karena bisa bermain air, menangkap ikan dan lain sebagainya. Banyak warga yg memilih untuk pergi ketempat keluargannya yang lain ketika banjir melanda, bahkan ada juga warga yang memilih untuk tetap tinggal dirumahnnya, (tergantung ketinggian air). Biasanya ketua RT atau kelurahan menyalurkan bantuan berupa makanan, obat-obatan selimut, tempat evakuasi kepada kepala keluaraga yang rumahnnay terkena banjir.

            Lalu bagaimana mengatasi masalah banjir ini?? Apa dengan memperbesar bantaran kali, membersihkan sampah di selokan??? Jawabannya iya, tapi menurut saya kurang tepat. Penyebab utama permasalahan banjir adalah kurangnnya daerah resapan air. Ada beberapa hak asasi alam yang seharusnya tidak boleh di salah gunakan. Leuweung larangan dan leuweung tutupan merupakan suatu kawasan yang tidak boleh dirubah dan diganggu gugat dari keadaan asalnya, baik habitatnya maupun sistemnya. Wilayah ini diperuntukkan sebagai zona penyedia kebutuhan pelestarian sumber kehidupan. Lalu daerah mana yang boleh digarap oleh manusia? Leuweung Baladaheun lah yang menjadi pusat aktivitas keduniawian masyarakat. Wilayah ini berfungsi Sebagai pusat produksi dan ekonomi masyarakat (pemukiman, perkebunan, pertanian, perikanan, dll). Tetapi banyak juga manusia yang tidak bertanggung jawab menyalahgunakan leuweung larangan dan tutupan untuk kepentingan bisnis dan dirinya sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang banyak, dengan mendirikan bangunan gedung-gedung bertingkat yang semakin banyak menjadikan alih fungsi lahan, yang asalnya tanah resapan dan hak alam berganti menjadi beton-beton yang jumlahnnya semakin meningkat tak terkendali. Ini menjadi tanggung jawab kita semua dalam memelihara bumi kita ini dan kelangsungan hidup manusia, dengan dukungan dari pemerintah setempat saya yakin banjir tidak akan menjadi kebiasaan warga Jakarta lagi.

postheadericon Pengalam Saya Tentang Lingkungan

         Pengalaman saya tentang lingkungan sangatlah banyak. Dalam tulisan ini saya akan mencertikan beberapa pengalaman hidup saya dengan lingkungan saya. Sosialisasi adalah masalah saya dalam hidup bermasyarakat. Itu semua mungkin karena saya adalah warga yang baru pindahan. Saya tipikal orang yang susah bersosialisasi dan bergaul dengan orang yang baru saya kenal. Dikarenakan kurangnya rasa percaya diri dan enggan berinteraksi dengan orang asing. Ini membuat saya sulit bergaul dengan lingkungan baru saya. Mungkin menurut pandangan beberapa orang, saya terlihat sombong karena tidak ingin bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungannya. Contohnya: Ketika terjadi pemilihan ketua RT. Seharusnya sebagai anggota masayarakat didalam lingkungan tersebut, saya ikut berpartisipasi, namun saya lebih baik berdiam diri dirumah. Walapun seperti itu orang sekitar saya masih memaklumi prilaku saya yang seperti itu. Tapi kini saya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan saya, mungkin itu semua hanya masalah waktu, dan mungkin kurang  mengenal saja satu dengan yang lainnya, Dan kini saya dapat berbaur dengan mereka semua.
         Menurut saya, lingkungan yang saya tinggali saat ini adalah lingkungan yang terbaik diantara yang lain. Warganya ramah, sering bergotongroyong dan suka menolong satu dengan yang lainnya. Setiap malam jum’at para warga mempunyai kegiatan positif yang rutin dilakukan, yaitu tahlilan. Karena mayoritas dilingkungan kami adalah muslim. Walapun mayoritas dilingkungan kami muslim, kami tetap menghargai dan bersikap ramah kepada waraga non muslim.
         Banyak sekali kegitan yang terjadi di lingkungan saya setiap tahunnya, contohnnya setiap tanggal 17 Agustus (Hari Kemerdekaan Indonesia) warga serempak untuk ikut berpartisipasi untuk merayakannya. Kami melakukan parade keliling komplek dengan menggunakan kostum-kostum yang menurut saya aneh tapi menyenangkan juga, bahkan ketua RT dan panitia pun menyediakan beberapa lomba untuk anak-anak dan orang dewasa. Ada lomba memakai baju seragam untuk anak-anak kecil, lomba balap karung untuk anak remaja, lomba panjat pinang untuk orang dewasa dan banyak lagi yang lainnya. Dan biasanya panitia yang menyelenggarakannya acara adalah bapak-bapak atau pun orang tua, tetapi akhirnnya saya mengusulkan agar panitia penyelenggaranya adalah anak muda saja. Kareana anak muda lebih cekatan dan mempunyai ide-ide (gagasan) yang lebih kreatif untuk memajukan lingkungan ini. Itulah pengalaman saya tentang lingkungan saya.

postheadericon Sampah

          Menurut beberapa kalangan sampah menjadi suatu kendala yang tidak bisa dihilangkan. Saat ini yang terpenting dilakukan adalah cara pandang masyarakat agar melihat sampah itu bermanfaat. Ke depannnya sampah harus dilihat sebagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi di wilayah setempat, tidak ada yang harus di buang. Sehingga yang sampai ke TPA hanya tinggal 20% saja. Sampah mempunyai dua sisi yang bisa dilihat. Pertama ketidakmampuan dalam mengelola sampah, itu akan menjadikan ancaman bagi manusia. Seperti menyebabkan banjir, lingkungan yang kotor dan sebagainya. Kedua bisa mendatangkan manfaat bagi manusia, jika kita dapat mengelolanya dengan baik. “Nah sekarang tergantung dari sisi mana kita melihatnnya”.
      Upaya perubahan pandangan dan mainset masyarakat terhadap sampah dapat dilakukan dengan pembuatan kawasan percontohan pengolahan sampah di tengah pemukiman penduduk. Misalnya dengan kegiatan pemilihan sampah sesuai dengan jenis dan sifat sampah (sampah organik dan anorganik). Pengolahan sampah organik dan anorganik menjadi produk yang bernilai ekonomis seperti pupuk kompos, karya tangan dan sebagainya. Dengan pengolahan yang baik, sampah organik dapat bernilai jual yang ekonomis, seperti halnya pupuk kompos. Disamping bisa membantu para petani dalam penyediaan pupuk juga bisa mengurangi pengeluaran yang besar dalam pembelian pupuk kimiawi yang semakin mahal saat ini. Lalu sampah anoragnik seperti sisa plastik, bahan bekas bisa dijadikan kerajinan tangan yang bernilai tinggi.  

Tempat Pengklasifikasian Sampah
Kerjinan Tangan Sampah Anrganik

Bank Sampah "Gemah Ripah"
       Di daerah Bantul, Yogyakarta warga Badegan mereka mempunyai kebiasaan yang luar biasa mengesankan. Mereka mengumpulkan, menyimpan bahkan menabung sampahnnya di sebuah bangunan sederhana yang berukuran 8 kali 12 meter. Lantainya  hanya beralas tanah, tanpa pintu dan jendela. Di tembok tak bercat itu terpampang spanduk besar bertuliskan “Bank Sampah Gemah Ripah”. Seperti bank pada umumnya, bank sampah pun memiliki teller untuk mencatat dan mencocokan lagi semua penyetoran sampah nasabah dalam buku besar yang disebut buku induk. Setiap pukul 16.00 wib mereka berkerumun untuk mengantri menabung sampah mereka. Sebenarnnya semua itu tergantung dari sudut mana kita memandang sesuatu, bahkan dari hal yang menurut kita menjijikan, dari sudut pandang orang lain itu merupakan sumber rejeki dan sesuatu yang bernilai tinggi.

Visitor My Blog

Clock

About Me

Foto Saya
Edi Kurniawan
Lihat profil lengkapku